Perbedaan Ushul Fiqh dengan Fiqh
Sebagaimana dalam pembahasan tentang definisi Ushul Fiqh di atas,
terdapat perbedaan makna etimologi antara kata ‘usul’ dan kata ‘fiqh’.
Perbedaan lebih konkrit dalam makna terminologinya dapat dipaparkan sebagai
berikut :
a. Ilmu Ushul Fiqh merupakan dasar-dasar bagi usaha istinbath
hukum, yakni menggali hukum-hukum dari sumber-sumbernya. Oleh itu, setiap
mujtahid wajib mengetahui betul-betul ilmu Ushul Fiqh. Ini tak lain kerana
tujuan ilmu ini adalah untuk mengimplementasikan kaedah-kaedah Ushul Fiqh
terhadap dalil-dalil terperinci yang mengandung hukum-hukum cabang di dalamnya.
Dengan demikian, kajian Ushul Fiqh sesungguhnya terfokus pada kompetensi
orang-orang tertentu saja kerana tidak semua orang dapat mengkaji serta mengimplementasikannya.Hal
ini berbeda dengan kajian ilmu fiqh.
Jika ilmu Ushul Fiqh mesti diketahui oleh seseorang mujtahaid, maka
ilmu fiqh harus dipahami oleh mukallaf (orang-orang yang dikenakan beban hukum)
secara keseluruhan. Ini kerana ilmu fiqh merupakan kajian tentang ketentuan
hukum bagi setiap perbuatan manusia. Dengan ketentuan hukum inilah beragam
perdebatan dan persengketaan di kalangan masyarakat dapat dielakkan.
b. Pembahasan Ushul Fiqh berkenaan dengan dalil-dalil syar‘i yang
bersifat global (كلي). Ia bertujuan untuk membuat rumusan kaedah-kaedah yang
mempunyai fungsi memudahkan pemahaman terhadap hukum-hukum beserta
sumber-sumber dalilnya secara terperinci. Sebagai contohnya adalah beberapa
kajian seperti berikut :
1) Kajian tentang kedudukan dan tingkatan dalil, baik dalil
tersebut mempunyai taraf qath'i (hanya mempunyai satu interpretasi) ataupun
dhanni (multi-interpretasi).
2) Kajian tentang indikasi hukum lafadz perintah (الأمر) dan lafadz
larangan (النهي) baik dalam al-Qur’an ataupun al-Hadith. Dalam kaitan ini
kajian Ushul Fiqh menemukan rumusan bahwa lafadz perintah menunjukkan hukum
wajib sedangkan kata larangan menunjukkan hukum haram sejauh tidak ada indikasi
(قرينة)
yang menyatakan sebaliknya. Oleh itu, kajian ini kemudiannya dapat melahirkan
kaedah Ushul Fiqh sebagai berikut :
الأ صل في الأمر يد ل على الوجوب والأصل في النهي يد ل على التحريم
Artinya: “Hukum asal daripada perintah adalah wajib sedangkan hukum
asal daripada larangan adalah haram”.
3) Kajian tentang lafadz-lafadz 'am atau lafadz-lafadz khas baik
dalam al-Qur’an maupun al-Hadith. Kajian tentang hal ini kemudian melahirkan
kaedah Ushul Fiqh:
العام يتناول جميع أفراده مالم يخصص
Artinya: “Lafadz am itu meliputi semua unit-unit di bawahnya sejauh
tidak dikhususkan [ditakhsis] oleh lafadz lain”.
Sedangkan pembahasan dalam fiqh tidaklah demikian. Pembahasan ilmu
fiqh adalah berkaitan dengan perbuatan mukallaf. Apakah perbuatan mukallaf itu
dihukumi halal atau haram Apakah perbuatan mukallaf itu sah atau batal? Dalam
menentukan aspek hukum perbuatan mukallaf tersebut digunakan dalil-dalil
terperinci (تفصيلي) berdasarkan pada kaedah-kaedah Ushul Fiqh yang bersifat umum
dan global (إجمالي).
Sebagaimana diketahui, bahwa Ushul Fiqh merupakan kaidah-kaidah
yang membawa kepada usaha merumuskan hukum syara’ dari dalilnya yang terinci
atau dapat disebut pula sebagai kaidah-kaidah yang menjelaskan cara-cara
mengeluarkan hukum dari dalil-dalilnya. Sementara fikih adalah pemahaman
tentang hukum-hukum syara’ yang bersifat amaliah yang digali dan dirumuskan
dari dalil-dalil tafsiii (terperinci).
Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa Ushul Fiqh adalah
kaidah-kaidah atau landasan argumentatif yang dipakai untuk melahirkan hukum
syara’ (fiqih). Singkatnya, Ushul Fiqh merupakan metodologi/jalan yang dipakai
untuk melahirkan hukum fikih, sedangkan fikih merupakan produk hukum yang lahir
lewat pengkajian metodologis Ushul Fiqh.
jadi kesimpulanya, perbedaan ilmu fiqih dan ushul fiqih adalah antara hasil dan proses saja
BalasHapusSudah tahu ?
HapusSaya sependapat dengan Anda
BalasHapus